KITA MASIH BERJUANG
Terbangun aku, terloncat dari duduk,
Aku layangkan pandang yang jauh keliling,
Aku lihat hari telah terang, jernihkan falak,
sudah lamalah kiranya fajar menyingsing
Aku isap udara,
legalah dada,
Aku pijak tanah
tiada guyah,
Aku dengar bisikan
hatiku rawan:
“kita masih berperang,
kita harus berjuang!”
Sebagai dendang yang menyayu kalbu,
bangkitlah hasrat damba nan larang,
berharap kemedan ridla untuk menyerbu:
“dengan sanak saudara turut bejuang!”
MERAH PUTIH
Merah putih!!!
dahulu kala, sebelum kau berkibar gagah di tiang tinggi
dibelai, dipeluk angin kemerdekaaan,
engakau hanyalah menjadi lambang harapku,
Walau kau mewakili bangsa tak berdaya,
Tak bernama di sejarah dunia,
tetapi kau tersimpan dalam lubuk hatiku,
lambang kasihku untuk nusaku.
Merah putih!!!
sekarang, kulihat engkau terkibar gagah di tengah bangsa
lambang kebangsaanku berada di timur raya,
engkau menjadi panji perjuanganku
mengejar segenap kemuliaan bagi bangsaku,
Demi Tuhan sang pencipta bangsaku,
selama masih bersiut nafas dalam dadaku,
denyut darahku akan jadi penyiram medan
tak akan kembali kau masuk pada lipatan!
HARI
KEMERDEKAAN
Akhirnya
takterlawan olehku
tumpah
dimataku, dimata sahabat-sahabatku
ke
hati kita semua
bendera-bendera
dan bendera-bendera
bendera
kebangsaanku
aku
menyerah kepada kebanggan lembut
tergenggam
satu hal dan kukenal
tanah
dimana kuberpijak berderak
awan
bertebaran saling memburu
angin
meniupkan kehangatan bertanah air
semat
getir yang menikam berkali
makin
samar
mencapai
puncak kepecahnya bunga api
pecahnya
kehidupan kegirangan
menjelang
subuh aku sendiri
jauh
dari tumpahan keriangan dilembah
memandangi
tepian laut
tetapi
aku menggengam yang lebih berharga
dalam
kelam kulihat wajah kebangsaanku
makin
bercahaya makin bercahaya
dan
fajar mulai kemerahan.
PAHLAWAN
TAK DIKENAL
Setahun
yang lalu dia terbaring
tetapi
bukan tidur, sayang
sebuah
lubang peluru bundar didadanya
senyum
bekunya mau berkata, kita sedang perang
dia
tidak ingin bila mana dia datang
kedua
tanganya memeluk senapan
dia
tidak tahu untuk siapa dia datang
kemudian
dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah
sunyi setengah tengadah
menangkap
sepi padang senja
dunia
tambah beku di tengah derap dan suara merdu
dia
masih sangat muda
hari
itu 10 November, hujanpun mulai turun
orang-orang
ingin kembali memandangnya
sambil
merangkai karangan bunga
tapi
yang tampak, wajah-wajahnya sendiri yang takdikenalnya
sepuluh
tahun yang lalu dia terbaring
tapi
bukan tidur, sayang
sebuah
peluru bundar di dadanya
senym
bekunya mau berkata : aku sangat muda
KITA
BERJUANG
Terbangun
aku, terloncat duduk,
kulayangkan
pandang jauh keliling,
kulihat
hari'lah terang, jernihkan falak,
telah
lamalah kiranya fajar menyingsing
kuisap
udara
legalah
dada,
kupijak
tanah
tiada
guyah,
kedengar
bisikan
hatiku
rawan:
"kita
berperang,
kita
berjuang!"
sebagai
dendang menyayu kalbu,
bangkitlah
hasrat damba nan larang,
ingin
kemedan ridla menyerbu:
"beserta
saudara turut bejuang!"
Banggakah aku pada negeriku
yang sedang tidak karuang ini
banggakah aku pada tanah airku
yang sedang terjajah pada kerakusan duniawi ini
banggakah aku pada bangsaku
yang kian hari kian meluntur tergerus kepentingan pribadi
mana warisanku dari perjuangannya dulu
yang katanya penuh perjuang dan darah air mata
mengapakah hilang dan hanya untuk dikenang
I N D O N E S I A
sebentuk gugusan pulau
dan tetap saja tak nyaman hidup ketika perasaan
sebangsa, sesaudara, sepenanggungan
hanya cerita tapi tak kasat mata
apa arti lagu-lagu upacara itu
ketika sehabis dinyanyikan
sekolah sekolah rakyat tergusur
seragam seragam bukan menjadi kebanggaan keilmuan
namun prasyarat dan penghalang keingin tahuan maju
apa arti kesejahteraan terjamin negara
jika ketidakmerataannya menimbulkan
banyak kecemburuan
bersaing antara jumlah mobil mewah
dan rumah gerobak sampah
bersaing antara gedung pencakar lagit
dan penampungan kolong jembatan sarang penyakit
apa arti kewibawaan itu
jika para pencoleng bisa bebas bersekutu
bom – bom berledakan bak kembang api
tak ada perlindungan bagi TKI pejuang devisa kita
juga ketika para juara dunia terlantar
mengais nafkah ketika masa uzurnya tiba
siapa yang masih menangis terharu
ketika merah putih berkibar
siapa yang masih berdegup bangga
ketika merah putih mengangkasa
siapa yang masih berdiri gagah
ketika merah putih memandang dunia
ajari aku
kembali bangga
kembali mencintai negeriku
Untukmu Pahlawanku
Untuk negeriku…
Hancur lebur tulang belulangku
Berlumur darah sekujur tubuh ini
Bermandi keringat penyejuk hati
Kurela demi tanah air negeriku
Sangsaka merah berani
Putih suci
Melambai-lambai ditiup angin
Air mata bercucuran, menganjungkan doa
untuk pahlawan negeri
Berpijak berdebu pasir
Berderai kasih hanya untuk pahlawan jagad raya
Hanya jasamu bisa kulihat
Hanya jasamu bisa kukenang
Tubuhmu hancur hilang entah kemana
Demi darahmu ….
Demi tulangmu ..
Aku perjuangkan negeriku ini, Indonesia.
SEMANGAT PAHLAWAN
Ku lihat engkau di sana, pahlawan
Tak menyerah patah arang
Tak gentar medan kau lawan
Bersorak-sorai tanda kemenangan
Letih raga kau rasa
Jatuh tanda tak kalah
Di sini ku kan berdoa
Bangkit hadapi menyerang lawan
Tak dengar caci mereka
Berjalan, Tuhan akan berkata
Hamba bersujud berharap
Mentari senyum tanda melawan
Ku lihat engkau di sana, pahlawan
Walau tulang tak lagi menyatu
Tapi jiwa berkata beda
Semangat maju takkan luntur
Kini, mimpi telah usai
Tapi cita takkan berhenti
Perjalanan hidup panjang di sini
Semangat pahlawan kembali..
KAU MELEBUR DI SANA
kau melebur di sana
di permulaan musim gerhana
yang terselubung aroma darah
dan tanah yang berembun air mata
kau melebur di sana
kala sang surya mengelupaskan kulit kami
hingga kawanan peluhmu yang siaga
menghalau kepulan debu
yang mengepung dari negeri asing
kau melebur di sana
saat air bah berlarian
memanjati hamparan tanah usang
dengan jeritan malang
serta busung lapar
kau melebur di sana
saat air mata telah mengguruh menjadi telaga
hingga timba yang kau ayunkan
menandaskan kepingan dahaga
yang merintih di setiap gigir luka kami…
PAHLAWAN
jika hilangmu tanpa pusara
jika pusaramu tanpa nama
jika namamu tanpa bunga
penjajah mengatakan engkau derhaka
maka engkaulah pahlawan yang sebenarnya
Gema seabad silam
Inggeris datang meredah Pahang
bersama peluru bersama senapang
membunuh menangkap setiap pejuang
Sungai Semantan berubah merah
bukan sarap hilir ke kuala
bukan rakit mudik ke hulu
arus merahnya menjulang mayat
pahlawan bangsa pahlawan rakyat
tujuh liang dadanya tersayat
Pahlawan!
Untukmu derita untukmu penjara
bukan bintang tersemat di dada
semangatmu api negara berdaulat
namamu terukir di jantung rakyat…
DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar